Taukah
kalian anggaran pendidikan pada setiap tahunnya naik dan hanya sekali turun
pada periode 2015-2019. Pada tahun 2019
ini anggaran pendidikan naik menjadi 492.5 T, itu artinya anggaran
pendidikan di indonesia sudah memenuhi
Undang-undang yaitu 20% dari dana APBN,
dana sebesar itu hanya diperuntuhkan untuk sektor pendidikan dan untuk
sektor pembangunan, rehabilitasi dan
renovasi gedung di serahkan penuh kepada kementrian PUPR dengan anggaran hanya 6.53 T.
Dengan
melihat anggaran kementrian PUPR yang hanya
sebesar 6.53 T apakah sudah
cukup untuk kebutuhan perbaikan dan pembangunan prasarana pendidikan di
Indonesia ini, sedangkan total keseluruhan kelas yang rusak mencapai 1.2 Juta kelas dari total 1.77 Juta kelas, jadi sekitar 69% kelas di seluruh sekolah Indonesia
mengalami rusak ringan sampai berat, belum lagi pembangunan prasarana yang
lainnya. Dan dibawah ini data kelas rusak di Indonesia
Ruang Kelas SD: 74 Persen Rusak
Menurut
data Kemdikbud tahun 2018, ada sekitar 1 juta ruang kelas untuk kegiatan
belajar–mengajar SD di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, ruang kelas
yang kondisinya tergolong baik hanya sekitar 280 ribu. Sekitar 600 ribu ruang
kelas lain tergolong rusak ringan, 81 ribu rusak sedang, dan 107 ribu rusak
berat. Artinya, dari seluruh ruang kelas SD di Indonesia sekitar 74 persennya
tergolong rusak.
Ruang Kelas SMP: 70 Persen Rusak
Total
ruang kelas untuk SMP mencapai 358 ribu. Tapi yang berkondisi baik hanya 106
ribu. Sebanyak 193 ribu ruang kelas SMP rusak ringan, 26 ribu rusak sedang, dan
31 ribu rusak berat. Kalau dilihat secara keseluruhan, sekitar 70 persen ruang
kelas SMP di Indonesia berada dalam kondisi rusak.
Ruang Kelas SMA: 55 Persen Rusak
Ruang
kelas SMA di seluruh Indonesia berjumlah 160 ribu. Jika dibanding dengan SD dan
SMP, ruang kelas SMA yang kondisinya baik tergolong cukup banyak, yakni sekitar
72 ribu. Di luar itu, sekitar 75 ribu ruang kelas SMA tergolong rusak ringan,
6.401 rusak sedang, dan 7.025 rusak berat. Secara umumnya, sekitar 55 persen
ruang kelas SMA di Indonesia tergolong rusak.
Ruang Kelas SMK: 53 Persen Rusak
Jumlah
total ruang kelas SMK sekitar 162 ribu, tidak jauh berbeda dari SMA. Kelas yang
berkondisi baiknya ada sekitar 75 ribu. Sekitar
78 ribu lainnya tergolong rusak ringan, 3.728 rusak sedang, dan 4.690 rusak
berat. Totalnya, ruang kelas SMK yang rusak mencapai 53 persen.
Ruang Kelas SLB: 64 Persen Rusak
Ruang
kelas Sekolah Luar Biasa (SLB) tercatat paling sedikit dibanding sekolah
lainnya, yakni sekitar 22 ribu saja. Dari
jumlah itu 7.999 di antaranya berkondisi baik, 12 ribu kelas rusak ringan, 936
rusak sedang, dan 822 rusak berat. Secara
keseluruhan, ruang kelas SLB yang rusak mencapai 64 persen.
Saya
bertanya-tanya, kenapa anggaran untuk sarana prasarana pendidikan hanya sebesar 6.53 T, sedangkan kebutuhan
untuk rehabilitasi, renovasi dan
pembangunan sarana prasarana pendidikan di seluruh sekolah di Indonesia
membutuhkan biaya yang sangat besar.
Terus
bagaimana untuk mengatasi sekolah di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal
(3T) yang sangat miris untuk kondisi
sekolahnya, bahkan banyak pelajar di daerah 3T bersekolah di gubuk yang beralaskan tanah dan beratapkan
jerami-jerami.
Dan
anehnya lagi, pemerintah melaporkan bahwa rehabilitasi, renovasi dan
pembangunan sarana prasaranan pendidikan di daerah 3T terutama di Papua MELESET, dengan
alasan sulitnya akses untuk
menjangkau ke lokasi sekolah.
Saya
kira alasan seperti itu tidak pantas
untuk dilaporkan, karena seharusnya pemerintah memiliki solusi yang tepat untuk mengatasi hal
semacam itu. Dan apalagi sekarang sedang gencar-gencarnya pembangunan infrastruktur,
menurut
saya, pemerintahan yang baik seharusnya mempunyai solusi yang tepat untuk bisa
melakukan rehabilitasi, renovasi dan pembangunan sarana prasarana pendidikan.
Jadi sekitar 6.6 Juta lebih pelajar di Indoensia tidak terancam lagi dengan kelas yang rawan roboh, sehingga
mereka bisa lebih optimal dengan proses pembelajarannya di sekolah.
Dan
itu di sisi kelas belum lagi untuk fasilitas perpustakaan. dari keseluruhan
sekolah yang ada di Indonesia masih ada sekolah yang belum memiliki gedung perpustakaan sekitar 34.19%. Sedangkan di
sekolah yang sudah memiliki perpustakaan juga ada yang mengalami kerusakan,
sehingga membutuhkan perbaikan.
Untuk
hal perpustakaan sebenarnya kemendikbud menginstrusikan sekolah untuk
menerapkan gerakan literisasi selama 15
menit, yaitu setiap pelajar diwajibkan untuk membaca buku lain selain
buku mata pelajaran mereka selama 15 menit sebelum sekolah di mulai.
Tetapi
dengan melihat kurang lengkapnya buku yang tersedia di perpustakaan dan sangat
besarnya presentase sekolah yang belum
memiliki fasilitas perpustakaan di sekolahnya. Maka sangat kurang
efektifnya gerakan ini untuk seluruh sekolah yang ada di negara kita.
Dan
apalagi untuk di terapkan di daerah 3T pasti sangat kurang efektif, jangankan
perpustakaan, sekolah yang selayaknyapun mereka belum mendapatkannya, bahkan
guru yang bersedia mengajar di daerah 3T sangat minim sekali.
Mungkin
untuk saat ini saran saya yaitu pemerintah dalam hal pendidikan terutama di
sektor rehabilitasi, renovasi dan pembangunan
sarana prasarana pendidikan harus mengutamakan daerah 3T daripada daerah perkotaan,
itu
dikarenakan sangat jelasnya kesenjangan
fasilitas yang didapatkan oleh pelajar kita. Dan karena pelajar yang di
kota sudah sangat menikmati fasilitas yang lengkap daripada pelajar yang berada
di daerah 3T.
Jadi
harapan saya pemerintah harus mengutamakan untuk melengkapi fasilitas pendidikan terutama gedung sekolahan bahkan perpustakaan
untuk daerah 3T, agar pelajar di
daerah tersebut bisa merasakan indahnya masa sekolah mereka dan mereka bangga
dengan Indonesia.
Menurut
saya dengan melengkapi fasilitas pendidikan di daerah 3T, akan turut juga
menaikan level pendidikan kita
di tingkat internasional, bahkan
di masa depan bisa membuat martabat negara kita bisa lebih tinggi, karena negara akan maju jika pendidikan di negara tersebut sangat baik.







Tidak ada komentar:
Posting Komentar